Senin, 20 Februari 2012

MANAJEMEN PENDIDIKAN

PENGARUH ANGGOTA KELUARGA TERHADAP
KEGIATAN BELAJAR ANAK

Abstraks
Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Pentingnya pendidikan anak-anak dalam rumah tangga, yang dilaksanakan oleh para orang tua sudah dapat kita ketahui bersama.  Tanpa adanya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak dalam rumah tangga, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang secara tidak sewajarnya. Karena tujuan pendidikan yang diberikan dalam rumah tangga, adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci, maka secara tidak langsung anak itu dapat dibentuk atau diarahkan sesuai dengan keinginan orang tuanya sendiri. Peran orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat diperlukan untuk membuat suasana rumah tangga menjadi damai dan tenang. Sehingga suasana ini akan memberikan dorongan, memperbesar, dan mempertinggi semangat belajar anak. Dan mampu pula untuk selalu menghidupakan kegairahan belajar, serta bersedia dan mampu  berhadapan dengan berbagai bentuk rintangan-rintangan yang kemungkinan akan dihadapinya dalam situasi belajar. Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga lainnya akan memberikan pengaruh yang positif dalam meingkatkan prestasi belajar dan kemampuan anak meningkatkan kemampuan untuk belajar.



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga. Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih saying dan pengertian. Menurut Siti Partini ( 1977 : 11 ) Keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak     ( bila ada ) yang terikat atau didahului dengan perkawinan.
Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu : Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 39).
Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya manusia ( SDM ) yang demikian sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni kualitas sumberdaya manusia yang meliputi  ; kreatifitas yang kuat, produktifitas yang tinggi, kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial  yang besar, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ( Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 43 ).
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir, pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya.
Pentingnya pendidikan anak-anak dalam rumah tangga, yang dilaksanakan oleh para orang tua sudah dapat kita ketahui bersama.  Tanpa adanya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak dalam rumah tangga, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang secara tidak sewajarnya. Karena tujuan pendidikan yang diberikan dalam rumah tangga, adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci, maka secara tidak langsung anak itu dapat dibentuk atau diarahkan sesuai dengan keinginan orang tuanya sendiri.
Dalam menentukan aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah rumah tangga atau keluarga haruslah dipertimbangkan berbagai macam aspek yang dapat menjamin adanya kedamaian dan kerukunanan dalam rumah tangga.  Dimana  ketentuan-ketentuan itu haruslah sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga yang bersangkutan.  Dengan demikian mereka akan dapat mengikutinya dengan kesadaran.  Sehingga tidak ada diantara anggota keluarga yang merasa haknya diperkosa oleh orang tuanya sendiri sebagai pemegang otoritas yang utama.
Selain Orang tua,  semua anggota rumah tangga turut mempengatuhi perkembangan dan kegiatan belajar seorang anak. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya keikutsertaan orang-orang yang ada di sekitar keluarga untuk turut memberikan dorongan kepada keaktifan belajar seorang anak, agar kegiatan atau minat anak untuk mempertinggi prestasi belajar meningkat.
Setiap anggota keluarga hendaknya turut mendorong anak untuk lebih giat belajar, karena hanya pihak kelurgalah yang besar peranannya dalam membina dan membentuk kepribadian seorang anak.  Walaupun sebenarnya anak sering berhubungan dengan orang-orang di luar rumah tangga namun pengaruh yang ditanamkan oleh anggota  keluarga hendaknya memberikan dampak positif  dalam perkembangan dan peningkatan kegiatan belajar.
Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi diantara para anggotanya. Sebagaimana dikemukakan oleh St. Vembriarto ( 1978 : 35 ) : Bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu memohon, menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
Komunikasi, istilah ini berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication, yang berarti “memberitahukan”, berpartisipasi, kabar”. ( Poerwadarminto WJS dkk, 1980 : 28 ). Sedangkan Menurut A.G. Lunandi  Komunikasi adalah suatu kegiatan terus menerus yang dilakukan orang untuk saling berhubungan dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan muka. ( Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan keduanya, hal ini dapat dilihat dengan nyata, misalnya : membimbing, membantu mengarahkan, menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya.
Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya, maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat, semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya.

B.       KAJIAN TEORI DAN FAKTA
Adanya kasih sayang orang tua atau anggota keluarga lain kepada anak, akan turut mempengaruhi kegiatan belajar anak.  Anak akan mudah menuruti perintah seseorang yang dianggapnya menaruh kasih sayang kepadanya.  Maka tidaklah heran bila seorang anak yang merasa tidak memperoleh kasih sayang dalam rumah tangga selalu berusaha untuk lari dari rumahnya sendiri.  Ia akan mencoba dan berusaha meregangkan hubungannya dengan orang tuanya sendiri.  Ia akan berusaha untuk mendekati orang-orang yang dapat memberikan kasih sayang padanya.
Dalam peningkatan belajar anak perlu adanya kasih sayang orang tua atau anggota keluarga, sehingga anak akan terangsang atau merasa terpanggil jiwanya untuk belajar dan sekaligus mempertinggi mutu belajarnya.  Sebab dengan adanya kasih sayang yang ditunjukkan kepadanya, akan memberikan ketenangan dan kegembiraan ketika belajar.
Semakin banyak anak merasakan kasih sayang orang tuanya, maka tindakan-tindakan orang tua yang pernah melukai hatinya akan mudah dihilangkan/dilupakannya.  Dengan sendirinya tidak lagi memberikan pengaruh yang buruk kepada kegiatan belajarnya.

1.        Bimbingan Belajar dari Orang Tua
Orang tua adalah orang yang mengukir jiwa raga atau melahirkan anaknya dan sanggup mendidik, memelihara, menjaga, merawatnya, dan membimbingnya. Bimbingan yang telah diberikan orang tua itu sejak lahir sampai dewasa, walaupun kadang-kadang orang tua dikecewakan perbuatan anaknyadi masa lalu. Hal ini dilakukan oleh orang tua dengan ikhlas, karena anak merupakan penerus cita-cita dan eksistensi orang tua dimasa yang akan datang. Sehingga kasih sayang yang penuh akan diberikan kepada anak itu hanya dari orang tua. Kasih sayang adalah bagian yang paling penting, dan cinta orang tua. (Benyamin Spock, 1991 : 21).
Pendidikan dan bimbingan orang tua itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari berupa : (1). Kasih sayang. (2). Perhatian. (3). Kesadaran. (4). Penerimaan. (5). Pengertian. (6). Tanggung jawab. (7). Perlindungan , dan (8). Pemberian tugas. Anak-anak sebelum dapat bertanggung jawab sendiri masih sangat menggantungkan diri , masih meminta isi, bekal, cara bertindak, berfikir terhadap sesuatu dari orang tua (Agus Sujanto, Halem Lubis, Taufik Hadi, 2001 : 9), Dari pendapat yang lain juga dikemukakan ; Faktor utama yang mempengaruhi kemajuan anak adalah tingkat perhatian orang tua (Tampubolon, 1991 : 46). Apa yang dilakukan orang tua demi anaknya itu sampai minta tolong kepada yang lain, jika orang tua tidak mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Dalam hal ini orang tua tanpa direncanakan dan disadari telah melakukan bimbingan alih tangan kasus yakni minta tolong ke dokter jika anaknya sakit, ke sekolah formal dalam hal belajar dan seterusnya. Asah alih tanpa dilakukan ajika konselor / pembimbing sudah menerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat mebantu sebagaimana yang diharapkan, maka dapat dialihkan kepada petugas atau badan yang lebih ahli (Priyatno, Erman Anti, 1999 : 119).
Dalam memperhatikan perkembangan anak, orang tua memasukkan pendidikan formal yang sebelumnya telah dididik dan dibimbing sejak kecil. Dari cara mengungkapkan bahasa, berhitung, maupun membaca, dan menulis. Bercerita kepada anak memainkan peranpenting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak (Tampubolon, 1991 : 50). Pada masa sekolah ini, orang tua sudah tidak mampu memberikan pelayanan terhadap fungsi-fungsi perkembangan anak secara menyeluruh, terutama fungsi pengembangan intelektualnya. Oleh karena itu anak membutuhkan suatu lingkungan sosial baru yang lebih luas berupa sekolahan, untuk mengembangkan semua potensinya. Di lingkungan sekolah, anak mulai belajar hidup di bawah peraturan-peraturan sekolah, disiplin belajar, disiplin kerja, dan bermacam-macam tuntutan lain yang ketat dan edukatip. Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal, peran dan sikap orang tua dalam mendampingi di saat anak belajar sangat dibutuhkan, terutama dalam hal tanggung belajar. Sikap orang tua yang menunjang ini, misalnya : (1). Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri, (2). Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk mengungkapkannya, (3). Menunjang dan mendorong kegiatan anak, (4). Menikmati kebersamaan dengan anak, (5). Menghargai apa yang dilakukan dan dihasilkannya, (6). Memberikan pujian, (7). Menjalin kerjasama, (8). Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal (Maria Etty, 2003 : 61). Menurut Totok Santoso (1988 : 27) bimbingan belajar yaitu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah agar peserta bimbing dapat menyesuaikan diri dari situasi belajarnya, dapat mengembangkan ketrampilan belajarnya dan membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar dengan sistematik dan konsisten atau ajeg dan dapat mencapai preastasi semaksimal mungkin sesuai potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Berdasarkan kajian teori sebagaimana tersebut di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa bimbingan belajar dari orang tua itu diberikan sehari-hari melekat dengan kebersamaan kehidupannya berupa aspek : (1). Kasih sayang, (2). Perhatian, (3). Kesadaran, (4). Penerimaan, (5). Pengertian, (6). Tanggung jawab, (7). Perlindungan, (8). Pemberian tugas, (9). Pertolongan. Untuk memecahkan kesulitan atau hambatan belajar sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, dapat mengembangkan ketrampilan belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar yang ajeg dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai potensi yang di milikinya.

    1.  MENUMBUHKAN BELAJAR ANAK
Kehidupan ini mempunyai irama dan kaualitas, yaitu adanya hubungan sebab akibat, dari setiap perbuatan dan aksi manusia. Jadi ketidak berhasilan anak dalam peningkatan mutu belajarnya, bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri, tetapi ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebabnya. Sehingga dengan demikian anak menyadari, akan kelemahan-kelemahan dirinya, dan kelemahan-kelemahan itulah yang perlu diperkuat dengan adanya bantuan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.  Untuk selanjutnya anak akan belajar dengan baik dengan lebih giat dan lebih bersemangat lagi. Dan dapatlah diharapkan bahwa prestasi belajarnya yang sebelumnya tidak menggembirakan akan dapat berubah menjadi yang menggembirakan.
Orang tua sebagai ujung tombak kemampuan anak harus dapat menumbuhkan dalam jiwa anak keyakinan akan kemampuan diri sendiri. Semangat belajar anak harus didorong dikembangkan sehingga anak menyadari bahwa dengan usahanya sendiri ia perlu untuk membina dan meningkatkan sendiri prestasi belajarnya.
Belajar merupakan proses aktif dimana terjadi hubungan yang saling mempengaruhi secara dinamis. Sehingga orang tua harus proaktif untuk membina, mendorong dan memberi pengaruh yang positif dalam memotivasi anak untuk meningkat mutu belajarnya.
Dengan adanya kesadaran pada anak bahwa ia belajar untuk tujuan yang murni, maka anak tidak akan berlalai-lalai dalam belajar. Dan merasa rugi bila ada pelajaran yang lolos dari ingatannya. Dengan adanya pengatahuan anak akan tujuan belajarnya, maka ia tidak akan merasa terpaksa belajar.
Kecaman-kecaman yang melemahkan  semangat anak sama sekali tidak membantu, gambaran-gambaran yang menakutkan akan masa depan anak sebagai realisasi dari rintangan dan kesulitan yang kini dihadapinya tidak perlu dijelaskan. Yang  diperlukan oleh anak adalah dorongan untuk memperkuat semangatnya dan keberaniannya untuk berhadapan dengan keadaan yang bagaimapun juga, sehingga kelak disuatu saat berhadapan dengan rintangan, tantangan dan hambatan anak tidak akan merasa asing
Sifat kritis  pada anak disebabkan oleh keingintahuan anak secara lebih luas dan lebih terperinci mengenai suatu masalah.  Oleh sebab itu peran orang tua untuk lebih bijaksana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sebaik-baiknya. Sehingga anak merasa puas.
b.         SUASANA RUMAH TANGGA
Suasana yang tenang dan damai dalam rumah tangga adalah harapan kita.  Suasana ini memberikan dorongan kepada anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya.  Orang tua haruslah berusaha untuk menjadikan suasana tersebut, sehingga dapat dijadikan suatu tempat yang aman bagi anak untuk belajar. Suasana ini pula akan memberikan kegembiraan dalam belajar sehingga menunjang perhatian dan minat anak. Segala hal-hal yang akan dapat mengalihkan perhatian dan minat anak hendaklah dihindarkan supaya dengan demikian pikiran dan konsentrasi anak tidak teralihkan. 
Anak-anak yang gelisah dan resah, tidak akan dapat untuk memusatkan perhatiannya kepada pelajaran.  Dengan demikian maka pelajaran tidak akan dapat diminati dan tidak akan pula meresap kedalam otaknya.  Bagaimanapun juga jiwa seseorang akan selalu mempengaruhi kehidupannya sendiri.  Gerak kehidupan dan aksinya dalam hidup ini akan dipengaruhi oleh keadan jiwanya pada saat itu. Itulah sebabnya dalam keadaan tidak tenang seseorang tidak akan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik, demikian sebaliknya..
Dari uraian di atas maka semakin jelaslah bagi kita, betapa besarnya pengaruh suasana rumah tangga terhadap kegiatan belajar anak. Apakah seorang anak dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran atau tidak, semua itu ada hubungannya dengan suasan rumah tangga, dimana anak itu hidup dan dibesarkan.
Suasana rumah tangga mempunyai peranan yang besar dan aktif dalam pendidikan anak.  Segala gerak kehidupan seorang anak mulai dari cara berpakaian, berbicara, bertingkah laku, belajar sampai tingkat berpikirnya semuanya dipengaruhi oleh keadaan rumah tangganya.  Pengaruh pendidikan rumah tangga itulah yang lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan pada anak yang kemudian berubah menjadi suatu sifat hidup.
Faktor pendidikan orang tua dan rapat renggangnya hubungan orang tua dengan anak akan turut mempengaruhi kecerdasan seorang anak,   Demikian pula program rumah tangga yang mantap, yang benar-benar dipikirkan secara matang terlebih dahulu akan turut memberikan sumbangan yang besar kepada perkembangan kecerdasan dan kegiatan belajar anak
Bila anak hidup bersama orang-orang yang aktif, cerdas dan bersifat maju, maka dengan sendirinya, baik secara sadar maupun tidak, anak akan mengidentifikasikan dirinya sehingga anak akan merasakan bahwa ia adalah bagian  yang tidak terpisahkan dengan sesama anggota keluarganya sendiri., dan anak tersebut akan mengarah kearah tersebut.
C.          TINJAUAN/ULASAN
Setiap orang tua yang ingin supaya anak-anaknya dapat mencapai prestasi yang baik, haruslah mengasihi anaknya dengan penuh kasih sayang yang dibuktikan dengan perbuatan-perbuatan yang nyata. Dengan demikian diharapkan akan memberikan kesadaran dan keinsafan kepada anak bahwa kehadirannya ditengah-tengah keluarga atau rumah tangga bukan suatu kebetulan yang tidak berencana, tetapi merupakan suatu objek bagi pernyataan kasih sayang orang tuanya dan orang lain yang ada dalam keluarga.
Apapun yang dilakukan orangtua kepada  anak-anaknya akan dianggap anak sebagai suatu kewibawaan orang tuanya sendiri, bila perlakuan orang tuanya dapat mendidik anak kearah tercapainya prestasi belajar yang lebih baik dan lebih menggembirakan anak itu sendiri. Terkadang tindakan orang tua akan dapat menimbulkan lahirnya kebencian anak kepada orang tuanya, karena dianggapnya perlakuan terhapat dirinya tidak adil.  Walaupun demikian, ketika pandangan anak yang seperti itu akan berubah kepada sifat yang simpati bila orang tua berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sang anak.  Terutama yang berhubungan dengan kepentingan pendidikannya, serta peningkatan mutu prestasi belajarnya. Hal ini akan dianggap oleh anak sebagai bukti kasih sayang orang tuanya pada dirinya.
Pendidikan atau perlakuan orang tua yang diterima serta dirasakan oleh anak dalam keluarga atau rumah tangga akan meninggalkan bekas yang lama dan mendalam dalam jiwa sang anak.  Hal ini mencerminkan betapa besarnya pengaruh pendidikan keluarga kepada kepribadian seorang anak dalam hidup dan kehidupannya.  Bila sejak dalam rumah tangga orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya, maka dengan sendirinya kelak akan memdorong dirinya sendiri selau meningkatkan prestasinya.
Supaya anak lebih bergairah meningkatkan prestasi belajarnya, diperlukan usaha orang tuanya untuk menciptakan suasana rumah tangga yang damai.  Sehingga pikiran anak serta perhatiannya selalu terarah kepada kegiatan belajar.

D.          KESIMPULAN
Peran orang tua dan anggota keluarga lainnya sangat diperlukan untuk membuat suasana rumah tangga menjadi damai dan tenang. Sehingga suasana ini akan memberikan dorongan, memperbesar, dan mempertinggi semangat belajar anak. Dan mampu pula untuk selalu menghidupakan kegairahan belajar, serta bersedia dan mampu  berhadapan dengan berbagai bentuk rintangan-rintangan yang kemungkinan akan dihadapinya dalam situasi belajar.
Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga lainnya akan memberikan pengaruh yang positif dalam meingkatkan prestasi belajar dan kemampuan anak meningkatkan kemampuan untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa Singgih, D. 1975. Psycologi Perkembangan. PT. Gunung Mulia. Jakarta

Leibo, Yef. 1981. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Rumah Tangga. Pusara II. Jakarta.

Ross Helen,1961. Rasa Takut Pada Anak-anak., . (Terjemahan suyana), Jayasakti. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 1985. Anak dan Pola Perikelakuannya. PT. Kanasius. Jogyakarta

Soedarmo, Poerwo, 1962, Si Remaja ditengah Keluarga., Jambatan Jakarta.

Thamrin Nasution dan Nurhadidjah Nasition. 1986  Peranan Orang Tua Dalam

Peningkatan Prestasi Belajar anak. PT. Kanasius . Jogyakarta.

Perguin Cs. 1998.  Pendidikan Keluarga dan masalah Kewibawaan., Astana, Buku Abede. Semarang.


Wauran, MH. 1977. Pendidikan Anak Sebelum Sekolah. Pubhlising House. Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar