Senin, 20 Februari 2012

MANAJEMEN PENDIDIKAN


PEMBELAJARAN  PARTISIPATIF
Abstraks
Oleh : Wisnu Wardhono

Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Dalam pendekatan partisipatif prinsip kesetaran dan kemitraan menjadi lebih penting. Karena kita menganggap bahwa setiap informasi yang dikeluarksn oleh partisipan dianggap penting. Sehingga diharapkan sekecil apapun informasi yang disampaikan oleh partisipan menjadi pelengkap, perbaikan konsep yang telah disepakati bersama. Pendekatan partisipatif harus mengikuti prisip-prinsip : Kesetaraan dan kemitraan, transparansi, kesetaraan kewenangan, keseteraan tanggung jawab,pemberdayaan, dan kerjasama.  Peran aktif dari seluruh peserta sangat diperlukan sehingga belajar dan berfikir bersama dalam proses sinergi termasuk di dalamnya berbagi pengalaman untuk mendapatkan generalisasi dan belajar dari pengalaman yang ada. Kunci monitoring dan evaluasi secara partisipatif,  masyarakat haruslah berperan aktif bukan sekedar sumber informasi,  pihak terkait mengevaluasi, pihak luar memfasilitasi. Difokuskan pada pengembangan kemampuan pihak terkait dalam analisis dan pemecahan masalah. Proses membangun komitmen dalam pelaksanaan berbagi masukan (rekomendasi) perbaikan sebagai tindak lanjut.


I.             PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan umat manusia. Karena secara factual pendidikan menjadi titik pijak yang utuh dalam rangka membangun kehidupan yang berperadaban, baik kehidupan yang bersifat pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Demikian pula, pendidikan telah menjadi idealisasi setiap insan sebagai acuan untuk memberikan ukuran konkret tentang maju dan tidaknya sebuah peradaban.
Dalam pembelajaran itu sendiri terkandung upaya pemenuhan material dan spritual oleh manusia agar ia bisa tumbuh sebagai manusia normal dan sehat.  Asumsi tersebut memberikan ilustrasi sangat jelas tentang fungsi mendasar dan universal pendidikan dalam membentuk jati diri yang utuh dengan berpangkal pada satu komitmen pengembangan bukan hanya pengembangan intelektualitas tetapi juga ritualitas dan secara sederhana, kemudian dapat disimpulkan bahwa proses-proses yang dilakukan dalam pendidikan itu pada hakikatnya mengacu pada  satu arah bagaimana semangat kreatifitas-produktifitas sikap maupun perilaku dapat melahirkan out come dan out put yang jelas pada akhirnya.
Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi jembatan aktif untuk memberikan lompatan-lompatan kesadaran secara bertahap yang oleh Paulo Friere diistilahkan dengan lompatan kesadaran naïf (Naival Consciousness), kesadaran magis (Magical Consciousness) dan kesadaran kritis (Critical Consciousness).  Dari kesadaran untuk bebas yang pada gilirannya akan membangkitkan semangat baru untuk menempatkan kembali hakikat kemanusiaan yang dalam tataran idealnya mempunyai naluri insaniyah untuk bebas.
 Inilah yang oleh Freire disebut dengan humanisasi (memanusiawikan manusia). Pendidikan secara substansial merupakan upaya untuk menempatkan secara normal prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan memposisikan kembali idealisasi kemanusiaan demi terbentuknya paradaigma berpikir kemanusiaan yang bebas dan kritis.  Kemudian, kalau humanisasi menjadi target ideal yang pada akhirnya harus memunculkan akibat jelas terhadap posisi kemanusiaan, maka langkah awal yang menjadi pertimbangan bersama akan kembali pada satu komitmen untuk merekonstruksi arah pandang dan corak paradigma transformasi beku dan kaku dalam proses pendidikan ke arah yang partisipatif-transformatif,  karena guru bukan lagi dijadikan sebagai sosok entralteacher yang dalam prakteknya notabene menyempitkan ruang gerak partisipasi perserta didik.
Berdasarkan pengalaman program ini, pendekatan yang dianut dalam proses pembelajaran adalah melalui pendekatan Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education) atau Andragogi melalui daur belajar berdasarkan pengalaman (Experential Learning Cycle) dan belajar sambil bekerja (Learning By Doing). Mengingat pada umumnya peserta pembelajaran adalah orang dewasa yang telah mempunyai pengalamam dan mengalami sendiri manis, pahit-asinnya perjalan hidup, baik dalam pekerjaan, pergaulan sosial maupun kegiatan lainnya.
 Melalui pendekatan Androgogi tersebut menimbulkan implikasi metodologis peranan peserta dan peranan pelatih dan manejemen kelas maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang selama ini sering diabaikan. Pada kegiatan Daur belajar berdasarkan   pengalaman (Experential Learning Cycle) peran fasilitator ialah mencptakan suasana yang kondusif didalam memposes terjadinya proses belajar, dengan berbagai metode dan teknik yang memungkinkan terjadinya dinamika dalam proses belajar.
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.
Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.

II.      KAJIAN TEORI DAN FAKTA
Adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan berbagai pihak terkait (Stakeholder) yang dimulai diproses penjajagan kebutuhan, permasalahan dan potensi, sampai dengan penentuan dan pengambilan keputusan dalam perumusan tujuan yang diharapkan serta langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pendekatan partisipatif ada beberapa jenis partisipatif dengan karakteristik masing-masing, diantaranya adalah :
a.       Jenis partisipasi pasif, orang-orang berpartisipasi setelah diberitahu apa yang sudah dan akan terjadi.  Hal ini merupakan suatu penyampaian yang sifatnya unilateral oleh sebuah manajemen administrai atau proyek tanpa mendengar tanggapan orng lain. Informasi yang disampaikan hanya bersal dari professional dari luar.
b.      Partisipasi dalam pemberian informasi, orang berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang cermat dengan menggunakan cara penelitian  kuesioner atau pendekatan serupa. Orang-orang tidak tidak punya kesempatan untuk mempengaruhi cara kerja, dimana temuan-temun dari peneliti tidak diumumkan atau diuji ketepannya.
c.       Partisipasi dengan cara konsultasi, Jenis ini orang-orang diajak konsultaasi untuk mendefinisikan masalah dan solusi dan tidak ada andil dalam pengambilan keputusan.
d.      Partisipasi Insentif Material, partisipasi ini berpartisipasi dengan cara menyediakan tenaga kerja sebagai pengganti insentif dan tidak terlibat dalam percobaan/ proses belajar.
e.       Partisipasi Fungsional, Orang berpartisipasi dengan bentuk kelompok untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.  Tidak terlibat tahap awal, tetapi sesudah dibuat keputusan-keputusan penting.
f.       Partisipasi Interaktif,  Orang berpartisipasi dalam analisa bersama menuju rencana tindakan/pembentukan institusi local baru/ penguatan yang sudah ada.  Proses belajar secara sistematis/terstruktur membuat keputusan lokal.
g.      Mobilisasi Pribadi, Orang berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara independent untuk merubah sistem, tidak terpengaruh oleh institusi luar untuk merubah sistem-sistem.  Mereka memegang kendali atas bagaimana sumber daya digunakan.
Dalam  pendekatan partisipasi diharapkan akan meningkatkan dan memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program atau proyek berdasarkan aspirasi, prakarsa, potensi dan permasalahan yang dihadapi. Juga meningkatkan efektifitas dan efesiensi karena timbulnya rasa memiliki dari berbagai pihak yang semakin tinggi terhadap proses untuk mencapai tujuan.
Peningkatan keberlanjutan (Sustainability) dan dampak yang sustainable program . dan semakin banyak orang yang mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk melanjutkan program setalah dukungan dari luar berakhir.  Transparansi dan tanggung jawab semua pihak melalui pemberian informasi yang tepat dan benar serta wewenang yang jelas untuk mengambil inisiatif dan keputusan.

A.  PRINSIP – PRINSIP PENDEKATAN PARTISIPATIF
 Dalam pendekatan partisipatif maka prinsip kesetaran dan kemitraan menjadi lebih penting. Karena kita menganggap bahwa setiap informasi yang dikeluarksn oleh partisipan dianggap penting. Sehingga diharapkan sekecil apapun informasi yang disampaikan oleh partisipan menjadi pelengkap, perbaikan konsep yang telah disepakati bersama. Masing-masing peserta tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga perlunya saling mengisi dalam semangat kesetaraan dan kemitraan.
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pengambilan keputusan dapat disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
Kesetaraan wewenang (sharing power/equal powership), semua peserta /partisipan mempunyai kesempatan sama dalam mengajukan konsep atau ide. Memperbaiki, mempertahankan keputusan yang telah disepakati. Partisipan juga mempunyai kesetaraan tanggung jawab, partisipan harus bertanggung jawab atas apa yang telah diputuskan secara kolektif ini, serta mempertahankan dan mengembangkannya.  Keputusan tersebut bersifat ke dalam atau keluar.
Pemberdayaan (Empowerment), potensi yang ada diberdayakan dengan sebaik-baiknya, dengan mengedepankan semangat konsensus.   Ide maupun usulan harus ditampung dan disempurnakan sehingga hasil keputusan benar-benar suatu konsep yang memang terbaik bagi semua pihak.
Dalam pendekatan partisipatif semangat kerjasama harus dikedepankan,  dengan semangat kebersamaan. Untuk kita dari kita demi untuk kepentingan kita, sehingga segala keputusan merupakan hasil pertimbangan, tanggapan, temuan, penyampaian dan keputusan bersama.

B.  Konsep Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar. Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran.
Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.Prinsip-prisip utama kegiatan pembelajaran partisipatif meliputi: 1) berdasarkan kebutuhan belajar 2) berorientasi pada tujuan kegiatan belajar, 3) berpusat pada warga belajar, 4) belajar berdasarkan pengalaman, 5) kegiatan belajar dilakukan bersama oleh warga belajar dengan sumber belajar dalam kelompok yang terorganisasi, 6) kegiatan pembelajaran merupakan proses kegiatan saling membelajarkan, 7) kegiatan pembelajaran diarahkan pada tujuan belajar yang hasilnya dapat langsung dimanfaatkan oleh warga belajar, 8) kegiatan pembelajaran menitik beratkan pada sumber-sumber pembelajaran yang tersedia dalam masyarakat dan 9) kegiatan pembelajaran amat memperhatikan potensi-potensi manusiawi warga belajar. Selain itu, pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan pembelajaran juga memperhatikan prinsip proses stimulus dan respons yang di dalamnya mengandung unsur-unsur kesiapan belajar, latihan, dan munculnya pengaruh pada terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan belajar lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan individual dan mengutamakan kemampuan pendidik, menekankan pentingnya pengalaman dan pemecahan masalah, dan memfokuskan pada manfaat belajar bagi peserta  didik.  Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partisipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
C.  DAMPAK/MANFAAT PENDEKATAN PARTISIPASI
Dampak/manfaat pendekatan partisipatif terutama adalah dalam hal perencanaan dan pelaksanaan program atau proyek akan lebih sesuai dengan kondisi nyata (Sosioekonomi, budaya, wacana, latar belakang masyarakat) serta kebutuhan/masalah yang dihadapi oleh pihak yang terlibat di dalamnya, serta sumberdaya yang tersedia, sehingga pelaksanaan kegiatan lebih bersifat terdesentralisasi dan unik untuk setiap lokasi.
Menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab dari berbagai pihak yang terlibat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan program sehingga hasil kegiatan atau program lebih berkelanjutan dan langgeng.  Pemberdayaan semua pihak yang terlibat karena adanya keterlibatan aktif dalam proses khusus terutama dalam hal pengambilan keputusan dan tanggung jawab yang dipikulnya. Pelaksanaan kegiatan lebih obyektif dan fleksibel sesuai dengan kondisi nyata yang dihadapi berdasarkan sudut pandang yang berbeda.
Timbulnya transparansi karena adanya kebutuhan informasi dan kewenangan dalam pengambilan keputusan yang tepat dan cepat.serta pelaksanaan kegiatan atau program  lebih terfokus dan berorientasi kepada permasalahan masyarakat.

III.       TINJAUAN/ULASAN
Membangun dan mengembangkan pendekatan parsisipatif dan budaya partisipatif serta menerapkannya dalam pelaksanaannya bukanlah suiatu pekerjaan yang mudah. Banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi.  Banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari aspek kebijakan, kelembagaan, sumberdaya manusia dan metodologi pendekatan partisipatif itu sendiri.  Untuk itu perlu upaya untuk mengidentifikasi kendala-kendala tersebut serta mencari alternative jalan keluar yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan pendekatan partisipatif haruslah mengikuti prinsip  harus berdasarkan kebutuhan masyarakat, keterlibatan semua pihak terkait, dan pengambilan keputusan atas kesepakan dengan asumsi keputusan adalah yang tebaik. menurut kepentingan bersama.
Pendekatan partisipatif mempunyai tujuan peningkatan kemampuan (Pemberdayaan) semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan program atau kegiatan, melalui keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya.

IV.       KESIMPULAN
Pendekatan partisipatif harus mengikuti prisip-prinsip : Kesetaraan dan kemitraan, transparansi, kesetaraan kewenangan, keseteraan tanggung jawab,pemberdayaan, dan kerjasama.  Peran aktif dari seluruh peserta sangat diperlukan sehingga belajar dan berfikir bersama dalam proses sinergi termasuk di dalamnya berbagi pengalaman untuk mendapatkan generalisasi dan belajar dari pengalaman yang ada.
Kunci monitoring dan evaluasi secara partisipatif,  masyarakat haruslah berperan aktif bukan sekedar sumber informasi,  pihak terkait mengevaluasi, pihak luar memfasilitasi.   Difokuskan pada pengembangan kemampuan pihak terkait dalam analisis dan pemecahan masalah. Proses membangun komitmen dalam pelaksanaan berbagi masukan (rekomendasi) perbaikan sebagai tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pembangunan Internasional (DFID). 2003. Kontribusi untuk mengurangi kemiskinan. Jakarta

Departemen Pertanian dan DFID. Penerapan Pendekatan Partisipatif. Deptan. Jakarta.

Hyneman. Ch. S..1959. The Study Of Politics. University of Illinois Press. Urbanna, Illinois. USA.

LGSP. 2005. Local Governance Assesment Tool. LGAT. Bandung. Indonesia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar