Jumat, 11 Maret 2016

PEMBELAJARAN PARTISIPASI

PEMBELAJARAN  PARTISIPATIF
Oleh : Wisnu Wardhono

Abstraks
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Dalam pendekatan partisipatif prinsip kesetaraan dan kemitraan menjadi lebih penting. Karena kita menganggap bahwa setiap informasi yang dikeluarkan oleh partisipan dianggap penting. Sehingga diharapkan sekecil apapun informasi yang disampaikan oleh partisipan menjadi pelengkap, perbaikan konsep yang telah disepakati bersama. Pendekatan partisipatif harus mengikuti prinsip-prinsip : Kesetaraan dan kemitraan, transparansi, kesetaraan kewenangan, keseteraan tanggung jawab,pemberdayaan, dan kerjasama.  Peran aktif dari seluruh peserta sangat diperlukan sehingga belajar dan berfikir bersama dalam proses sinergi termasuk di dalamnya berbagi pengalaman untuk mendapatkan generalisasi dan belajar dari pengalaman yang ada. Kunci monitoring dan evaluasi secara partisipatif,  masyarakat haruslah berperan aktif bukan sekedar sumber informasi, juga melalukan berbagai kegiatan untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar sesuai tuntutan tujuan belajar di perguruan tinggi yang ingin dicapai .


A.    PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan umat manusia. Karena secara factual pendidikan menjadi titik pijak yang utuh dalam rangka membangun kehidupan yang berperadaban, baik kehidupan yang bersifat pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Demikian pula, pendidikan telah menjadi idealisasi setiap insan sebagai acuan untuk memberikan ukuran konkret tentang maju dan tidaknya sebuah peradaban.
Dalam pembelajaran itu sendiri terkandung upaya pemenuhan material dan spritual oleh manusia agar bisa tumbuh sebagai manusia normal dan sehat.  Asumsi tersebut memberikan ilustrasi sangat jelas tentang fungsi mendasar dan universal pendidikan dalam membentuk jati diri yang utuh dengan berpangkal pada satu komitmen pengembangan bukan hanya pengembangan intelektualitas tetapi juga ritualitas Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi jembatan aktif untuk memberikan lompatan-lompatan kesadaran secara bertahap yang oleh Paulo Friere diistilahkan dengan lompatan kesadaran naïf (Naival Consciousness), kesadaran magis (Magical Consciousness) dan kesadaran kritis (Critical Consciousness).  Dari kesadaran untuk bebas yang pada gilirannya akan membangkitkan semangat baru untuk menempatkan kembali hakikat kemanusiaan yang dalam tataran idealnya mempunyai naluri insaniyah untuk bebas.
 Inilah yang oleh Freire disebut dengan humanisasi (memanusiawikan manusia). Pendidikan secara substansial merupakan upaya untuk menempatkan secara normal prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan memposisikan kembali idealisasi kemanusiaan demi terbentuknya paradigma berpikir kemanusiaan yang bebas dan kritis.  Kemudian, kalau humanisasi menjadi target ideal yang pada akhirnya harus memunculkan akibat jelas terhadap posisi kemanusiaan, maka langkah awal yang menjadi pertimbangan bersama akan kembali pada satu komitmen untuk merekonstruksi arah pandang dan corak paradigma transformasi beku dan kaku dalam proses pendidikan ke arah yang partisipatif-transformatif,  karena dosen bukan lagi dijadikan sebagai sosok centralteacher yang dalam prakteknya notabene menyempitkan ruang gerak partisipasi perserta didik.
Berdasarkan pengalaman program ini, pendekatan yang dianut dalam proses pembelajaran adalah melalui pendekatan pendidikan orang dewasa (adult education) atau andragogi melalui daur belajar berdasarkan pengalaman (experential learning cycle) dan belajar sambil bekerja (learning by doing). Melalui pendekatan Androgogi tersebut menimbulkan implikasi metodologis peranan peserta dan peranan pelatih dan manejemen kelas maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang selama ini sering diabaikan. Pada kegiatan daur belajar berdasarkan pengalaman (Experential Learning Cycle) peran fasilitator ialah menciptakan suasana yang kondusif didalam memproses terjadinya proses belajar, dengan berbagai metode dan teknik yang memungkinkan terjadinya dinamika dalam proses belajar.
   Konsep model pembelajaran di atas, menurut Paulo Friere bertujuan untuk mengganti model pembelajaran konvesional, yakni model pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL). Model pembelajaran ini banyak mengandung kelemahan karena dosen menempatkan dan memposisikan diri sebagai teacher bukan educator. Pada model pembelajaran ini mahasiswa menjadi pasif dan hanya menerima apa yang disampaikan atau diberikan oleh dosen. Begitu pula, seakan guru menganggap mahasiswa belum memiliki pengetahuan, bahkan menganggap gurulah yang paling pintar dan hebat. Sebaliknya, model partisipasi memiliki banyak kelebihan, antara lain : mahasiswa lebih bersifat aktif, mahasiswa dianggap memiliki potensi yang sama dengan dosen, dan dosen berperan sebagai pendidik (educator), dosen bersama mahasiswa belajar bersama, dan dimungkinkannya guru memperoleh pengetahuan baru dari siswanya.
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan mahasiswadalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan mahasiswadalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara mahasiswadengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar. Sedangkan partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan mahasiswadalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.
Makalah ini ditulis dengan tujuan mengulas  metode pembelajaran partisipatif, yakni bagaimana menarik benang merah fungsi metode pembelajaran dapat diterapkan kedalam proses belajar mengajar sehingga dapat menjadi alternatif model acuan penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi.
B.     KAJIAN TEORI DAN FAKTA
Adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan berbagai pihak terkait (Stakeholder) yang dimulai diproses penjajagan kebutuhan, permasalahan dan potensi, sampai dengan penentuan dan pengambilan keputusan dalam perumusan tujuan yang diharapkan serta langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pendekatan partisipatif ada beberapa jenis partisipatif dengan karakteristik masing-masing, diantaranya adalah :
1)      Jenis partisipasi pasif, orang-orang berpartisipasi setelah diberitahu apa yang sudah dan akan terjadi.  Hal ini merupakan suatu penyampaian yang sifatnya unilateral oleh sebuah manajemen administrai atau proyek tanpa mendengar tanggapan orng lain. Informasi yang disampaikan hanya bersal dari professional dari luar.
2)      Partisipasi dalam pemberian informasi, orang berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang cermat dengan menggunakan cara penelitian  kuesioner atau pendekatan serupa. Orang-orang tidak tidak punya kesempatan untuk mempengaruhi cara kerja, dimana temuan-temun dari peneliti tidak diumumkan atau diuji ketepannya.
3)      Partisipasi dengan cara konsultasi, Jenis ini orang-orang diajak konsultaasi untuk mendefinisikan masalah dan solusi dan tidak ada andil dalam pengambilan keputusan.
4)      Partisipasi Insentif Material, partisipasi ini berpartisipasi dengan cara menyediakan tenaga kerja sebagai pengganti insentif dan tidak terlibat dalam percobaan/ proses belajar.
5)      Partisipasi Fungsional, Orang berpartisipasi dengan bentuk kelompok untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.  Tidak terlibat tahap awal, tetapi sesudah dibuat keputusan-keputusan penting.
6)      Partisipasi Interaktif,  Orang berpartisipasi dalam analisa bersama menuju rencana tindakan/pembentukan institusi local baru/ penguatan yang sudah ada.  Proses belajar secara sistematis/terstruktur membuat keputusan lokal.
7)      Mobilisasi Pribadi, Orang berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara independent untuk merubah sistem, tidak terpengaruh oleh institusi luar untuk merubah sistem-sistem.  Mereka memegang kendali atas bagaimana sumber daya digunakan.
Dalam  pendekatan partisipasi diharapkan akan meningkatkan dan memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan/evaluasi program berdasarkan aspirasi, prakarsa, potensi dan permasalahan yang dihadapi. Juga meningkatkan efektifitas dan efesiensi karena timbulnya rasa memiliki dari berbagai pihak yang semakin tinggi terhadap proses untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Peningkatan keberlanjutan (Sustainability) penajaman pengetahuan dan dampak yang sustainable education menyebabkan semakin banyak orang yang mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk mengembangkan pembelajaran, transparansi dan tanggung jawab semua pihak melalui pemberian informasi yang tepat dan benar serta wewenang yang jelas untuk mengambil inisiatif dan keputusan.
1Konsep Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan mahasiswadalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan mahasiswadalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan dosen dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar. Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan mahasiswadalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran.
Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran. Prinsip-prisip utama kegiatan pembelajaran partisipatif meliputi: 1) berdasarkan kebutuhan belajar 2) berorientasi pada tujuan kegiatan belajar, 3) berpusat pada warga belajar, 4) belajar berdasarkan pengalaman, 5) kegiatan belajar dilakukan bersama oleh warga belajar dengan sumber belajar dalam kelompok yang terorganisasi, 6) kegiatan pembelajaran merupakan proses kegiatan saling membelajarkan, 7) kegiatan pembelajaran diarahkan pada tujuan belajar yang hasilnya dapat langsung dimanfaatkan oleh warga belajar, 8) kegiatan pembelajaran menitik beratkan pada sumber-sumber pembelajaran yang tersedia dalam masyarakat dan 9) kegiatan pembelajaran sangat memperhatikan potensi-potensi manusiawi warga belajar. Selain itu, pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan pembelajaran juga memperhatikan prinsip proses stimulus dan respons yang di dalamnya mengandung unsur-unsur kesiapan belajar, latihan, dan munculnya pengaruh pada terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan belajar lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan individual dan mengutamakan kemampuan dosen, menekankan pentingnya pengalaman dan pemecahan masalah, dan memfokuskan pada manfaat belajar bagi mahasiswa. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partisipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan mahasiswa untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan mahasiswa.
2.  Prinsip Pendekatan Pembelajaran Partisipatif
 Dalam pendekatan partisipatif maka prinsip kesetaran dan kemitraan menjadi lebih penting. Karena kita menganggap bahwa setiap informasi yang dikeluarksn oleh partisipan dianggap penting. Sehingga diharapkan sekecil apapun informasi yang disampaikan oleh partisipan menjadi pelengkap, perbaikan konsep yang telah disepakati bersama. Masing-masing peserta tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga perlunya saling mengisi dalam semangat kesetaraan dan kemitraan.
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pengambilan keputusan dapat disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau oleh semua partisipan. Adapun prinsip dasar dari pembelajaran partisipatif  adalah :
a.      Berpusat pada Mahasiswa
Model pembelajaran partisipatif menempatkan mahasiswa sebagai pemain utama dalam proses pembelajaran. Artinya memberi kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk mempelajari materi pelajaran secara aktif. Di saat yang sama, dosen juga lebih berperan dalam memfasilitasi para mahasiswanya belajar. Beberapa fasilitasi tersebut seperti menugaskan melaksanakan riset, memberi mereka peluang untuk mempresentasikan hasil kajian, berdiskusi dengan peer group, dan belajar menyimpulkan hasil diskusinya. 
b.      Berangkat dari Pengalaman Belajar (Experiential learning)
Pengalaman belajar (experiential learning) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif., menurut. Kolb D.A. (1984)
Pengalaman belajar (experiential learning) adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Pembelajaran dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung, berfokus pada proses pembelajaran untuk masing-masing individu dan pendekatannya dipusatkan pada mahasiswa yang dimulai dengan landasan pemikiran bahwa orang-orang belajar terbaik itu dari pengalaman. serta pengalaman belajar yang akan benar-benar efektif, harus menggunakan seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan eksperimen, memeriksa ulang, dan perencanaan tindakan.
Demikian pula dalam pembelajaran partisipatif mahasiswa diarahkan untuk mendapatkan pengalaman belajar lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep. Dengan demikian, belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar yang bersifat terbuka dan mahasiswa mampu membimbing dirinya sendiri. serta pembelajarannya harus banyak diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong dan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu mahasiswa dan diharapkan dapat menyedot seluruh perhatian mahasiswa.
c.       Berorientasi pada Tujuan (goals oriented)
Prinsip ini mengandung arti bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Orientasi Tujuan kerap dihubungkan dengan hasil pembelajaran. Ketika mahasiswa menggunakan orientasi tujuan, dapat diprediksi hasil belajar mahasiswa tersebut baik. Menurut Anderman & Wolters, 2006, “riset menemukan indikasi mahasiswa yang menggunakan orientasi tujuan membuahkan hasil adaptif“.  mahasiswa akan tetap mengerjakan tugas-tugas akademik meskipun sulit, membutuhkan waktu lama, mau terlibat dalam tugas, menggunakan strategi proses kognitif yang efektif, kecil kemungkinan memiliki perilaku yang merugikan, dan memilih melanjutkan menyelesaikan tugas meskipun opsional.
d.      Menekankan Kerja Sama
Pembelajaran partisipatif ditandai dengan interaksi antara pendidik dan peserta didik, dan menekankan pada kerja sama tim. Kerjasama dalam proses pembelajaran ini merupakan salah satu usaha untuk mencapai hasil belajar yang optimal, oleh sebab itu dosen dianjurkan membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara dosen dengan mahasiswa melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lainnya.
Zaltman et.al (Isjoni, 2009: 36)
siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada tingkahlaku atau kegiatan masing-masing secara individual.Dengan adanya kerjasama dalam pembelajaran, siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

Topping KJ., Jean Campbell, Walter Douglas, dan Andrea Smith (2003) dijelaskan bahwa “kerjasama pembelajaran pada pembelajaran partisipatif dapat peningkatan interaksi verbal, kuantitas dan kualitas diskusi interaktif mahasiswa, serta perilaku sosial dan bahasa tubuh mereka”. Dalam kerjasama pembelajaran, kesetaraan sangat penting, semua peserta/partisipan mempunyai kesempatan sama dalam mengajukan pendapat atau ide. Memperbaiki, mempertahankan keputusan yang telah disepakati. Partisipan juga mempunyai kesetaraan tanggung jawab, partisipan harus bertanggung jawab atas apa yang telah diputuskan secara kolektif ini, serta mempertahankan dan mengembangkannya. 
Pemberdayaan (Empowerment), potensi yang ada diberdayakan dengan sebaik-baiknya, dengan mengedepankan semangat konsensus.   Ide maupun usulan harus ditampung dan disempurnakan sehingga hasil keputusan benar-benar suatu konsep yang memang terbaik bagi semua pihak. Dalam pendekatan partisipatif semangat kerjasama harus dikedepankan,  dengan semangat kebersamaan. Untuk kita dari kita demi untuk kepentingan kita, sehingga segala keputusan merupakan hasil pertimbangan, tanggapan, temuan, penyampaian dan keputusan bersama.
3Manfaat Pendekatan Pembelajaran Partisipasi
Menurut Sudjana (2005:39), manfaat Pembelajaran Metode Partisipatif bagi peserta didik ada lima hal, yaitu:
a.       Kegiatan pembelajaran partisipatif dilakukan secara bersama oleh peserta didik dengan bimbingan pendidik dalam kelompok-kelompok belajar yang terorganisasi.
b.      Kegiatan Pembelajaran Partisipatif merupakan peningkatan proses pendidikan tradisional yang sering didominasi oleh guru menuju kegiatan interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan pendidik.
c.       Kegiatan Pembelajaran Partisipatif berorientasi pada tujuan belajar yang hasilnya diharapkan langsung dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk meningkatkan sikap dan prilaku hidup bersama secara harmonis, serta untuk mengembangkan partisipatif peserta didik dalam kegiatan sosio dan pembangunan masyarakat.
d.      Kegiatan pembelajaran menitikberatkan pada penggunaan sumber-sumber yang tersedia dimasyarakat, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, sehingga terwujud kegiatan belajar dengan kepekaan yang tinggi terhadap pemberdayaan dan pelestarian lingkungan.
e.       Kegiatan Pembelajaran Partisipatif lebih memperhatikan segi kemanusiaan peserta didik dengan menghargai potensi dan kemampuan yang ia miliki serta dengan menekankan upaya fasilitas oleh pendidik terhadap kegiatan peserta didik dalam memanfaatkan lingkungan potensi dan menampilkan kemampuan untuk melakukan kegiatan berfikir dan berbuat secara bersama dalam mencapai tujuan belajar yang mereka tetapkan.
Kegiatan pembelajaran peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber, baik yang ada dilingkungan kampus atau yang ada dalam kelas maupun yang ada diluar kelas, dimasyarakat sekitar, sehingga terwujud kegiatan belajar. Mahasiswa juga memanfaatkan lingkungan potensi dan menampilkan kemampuan untuk melakukan kegiatan berfikir sehingga tercipta tujuan pembelajaran yang diinginkan.
4. Peran Pendidik dalam Pembelajaran Partisipatif
Peran dosen dalam pembelajaran partisipatif lebih banyak sebagai motivator, fasilitator, dan partner dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi terhadap intensitas peranan pendidik dalam pembelajaran. Menurut Knowles dan Cronne, peranan sumber belajar mencakup: 1) menciptakan dan mengembangkan situasi kegiatan belajar partisipatif, 2) menekankan peranan warga belajar yang melaksanakan kegiatan belajar, dan 3) sumber belajar dituntut agar mampu menyusun dan mengembangkan strategi pembelajaran partisipatif.
Proses pembelajaran partisipatif sebagaimana telah dipaparkan di atas, mengandung makna bahwa keaktifan mahasiswa sebagai peserta belajar lebih dominan, guru berfungsi sebagai motivator dan fasilitator dalam mengarahkan, membimbing siswa mulai dari identifikasi masalah, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga kegiatan tindak lanjut dari hasil yang dicapai. Pada awal pembelajaran, intensitas peran pendidik sangat tinggi yaitu untuk menyajikan berbagai informasi bahan ajar, memberikan motivasi serta memberikan bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan pembelajaran, tetapi makin lama makin menurun intensitas perannya digantikan oleh peran yang sangat tinggi dari mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran secara maksimal.
Peran guru seperti ini menuntut memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi sedemikian rupa untuk melibatkan mahasiswa dalam mengidentifikasi, menyusun dan mengembangkan materi, serta menilai bahan (materi) pembelajaran sesuai kebutuhan mahasiswa dan tujuan-tujuan belajar. Dengan demikian, berarti dosen harus memiliki kemampuan yang lebih tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga perannya sebagai motivator dan fasilitator dapat terlaksana dengan baik.
Dosen harus mampu membawa siswa untuk membuka wawasan mereka terhadap masalah-masalah yang dihadapi mereka baik secara lokal maupun secara global, baik secara parsial dan maupun secara multi dimensi dengan keterkaitan di antara aspek-aspek tersebut. Dosen harus mampu membawa mahasiswa untuk menganalisis berbagai tujuan yang bermakna dalam kegiatan menyusun tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai dalam setiap proses pembelajaran yang berlangsung.
C.  ULASAN
Membangun/mengembangkan pendekatan parsisipatif , budaya partisipatif dan menerapkannya dalam pelaksanaannya bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi, juga banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari aspek kebijakan, kelembagaan, sumberdaya manusia dan metodologi pendekatan pembelajaran partisipatif itu sendiri.  Untuk itu perlu upaya untuk mengidentifikasi kendala-kendala tersebut serta mencari alternative jalan keluar yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran partisipatif haruslah mengikuti prinsip  berdasarkan kebutuhan mahasiswa, keterlibatan semua pihak terkait, dan pengambilan keputusan atas kesepakan dengan asumsi keputusan adalah yang tebaik. menurut kepentingan bersama. Pendekatan pembelajaran partisipatif mempunyai tujuan peningkatan kemampuan (Pemberdayaan) semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan program.  
Dalam metode pembelajaran peran dosen sebagai fasilitator memegang peranan  yang sangat penting. Fasilitator perlu benar-benar menguasai materi dan proses belajar yang dikelolanya karena fasilitator harus menentukan arah dan proses belajar. Dengan begitu, fasilitator harus selalu punya persiapan yang baik, juga memiliki beberapa alternatif rencana apabila rencana pertama tidak dapat dijalankan.  Bersikap terbuka. Fasilitator membangun suasana yang  mendorong proses saling belajar dan bertukar gagasan dengan membuat semua peserta merasa diterima dan dianggap penting.
Fasilitator membangun kerjasama tim agar peserta berkontribusi terhadap kegiatan belajar. Fasilitator sendiri harus siap menerima perbedaan pendapat dan penuh perhatian.  Fokus seorang fasilitator akan mendorong setiap peserta untuk berbagi pengalamannya. Resikonya, pembicaraan bisa melebar kemana-mana. Fasilitator harus menjaga agar diskusi tetap berada di jalurnya.  Menyadari keterbatasan diri sendiri dan orang lain. Seorang fasilitator yang baik paham hal-hal apa saja yang bisa dicapai dalam satu kurun waktu, dan apa saja yang bisa dibahas lain kesempatan.  Juga paham gagasan apa yang bisa diterapkan dan gagasan apa yang tidak praktis.  
Selalu belajar mengkalkulasi. Fasilitator selalu tahu, berapa orang peserta yang berbicara dan berapa yang diam saja. Siapa orang yang mengantuk, suka meninggalkan ruangan, atau tidak memperhatikan lagi. Fasilitator kemudian mencari cara untuk mengatasinya.  Menggunakan waktu secara efektif. Kadang-kadang karena pembicaraan melebar, waktu yang disediakan menjadi tidak cukup. Seorang fasilitator harus pandai menjaga agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal ini membutuhkan subyektivitas dosen sebagai fasilitator untuk memperhitungkan: agar penggunaan waktu tidak terlalu kaku, atau sebaliknya terlalu bebas.. Seorang fasilitator adalah seperti seorang seniman, yang menggabungkan berbagai unsur (dinamika kelompok, penggunaan metode, penggunaan media) agar tercipta sebuah keharmonisan dalam proses belajar. Fasilitator adalah "seniman" yang berkreasi dalam menciptakan semangat dan motivasi belajar mahasiswa.
Dengan pemahaman tujuan belajar tersebut, diharapkan mahasiswa dapat dibimbing dan dimotivasi ke arah pemahaman meode dan teknik pembelajaran yang akan ditempuh, fasilitas belajar, sumber-sumber belajar yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan partisipan aktif melalukan berbagai kegiatan untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar sesuai tuntutan tujuan belajar yang ingin dicapai
 Pandai membaca situasi. Dosen sebagai fasilitator yang baik, tahu betul kapan harus berhenti, kapan harus menambah kecepatan, dll. Layaknya seorang pengemudi, seorang fasilitator harus paham rambu-rambu lalulintas agar bisa berkendara secara aman dan nyaman. Menghormati dan memberi penghargaan. Dosen sebagai fasilitator perlu belajar mengenali kontribusi seseorang dan kemudian menyatakan penghargaannya. Juga selalu berpandangan positif terhadap semua peserta, menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi atau kepercayaan yang dianut peserta. Mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi. Dosen sebagai fasilitator selalu menganggap evaluasi belajar sebagai masukan untuk memperbaiki diri. juga mengenali keberhasilan dan ketidakberhasilan apa yang dicapai dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan.
Membangun komunikasi dialogis dan diskusi dalam proses pembelajaran, berbeda dengan mengobrol dan berbincang tanpa arah. Di dalam prakteknya, seorang fasilitator perlu keterampilan untuk mengoperasionalkan apa yang telah digambarkan dalam skema daur belajar ini. Partisipasi tanpa keterampilan akan menjadi jargon belaka karena tidak dapat dijalankan di dalam kenyataan. Keahlian memfasilitasi seringkali disebut juga sebagai ‘seni memfasilitasi’ karena sebenarnya tidak persis sama seperti jenis keterampilan lainnya. Ada perpaduan antara penguasaan teknik dengan unsur-unsur kreativitas, improvisasi, hubungan antar manusia (human relationship), dan juga keunikan atau karakteristik setiap fasilitator.
D.          Penutup
Pembelajaran partisipatif, ádalah sebuah upaya pendidik untuk mengikut sertakan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Pembelajaran partisipatif dilandasi oleh suatu pandangan bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki pengalaman yang cukup kaya  untuk bisa diolah menjadi bahan pembelajaran. Pendidikan partisipatif, tentu bukan sekedar teknik, melainkan statu pendekatan atau bahkan paradigma baru yang meninggalkan paradigma lama. Pendekatan partisipatif harus mengikuti prinsip-prinsip : Kesetaraan dan kemitraan, transparansi, kesetaraan kewenangan, keseteraan tanggung jawab, pemberdayaan dan kerjasama.  Peran aktif dari seluruh peserta sangat diperlukan sehingga belajar dan berfikir bersama dalam proses sinergi termasuk di dalamnya berbagi pengalaman untuk mendapatkan generalisasi dan belajar dari pengalaman yang ada.
Dengan terlibat dalam pembelajaran partisipasi, diharapkan mahasiswa dapat dibimbing dan dimotivasi ke arah pemahaman pembelajaran yang akan ditempuh, fasilitas belajar, sumber-sumber belajar yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran merupakan partisipan aktif melalukan berbagai kegiatan untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar sesuai tuntutan tujuan belajar di perguruan tinggi yang ingin dicapai .

DAFTAR PUSTAKA
Anderman, E. M.Wolters, C. (2006). Values, goals and affect: Influences on student motivation. In P. AlexanderP. Winne (Eds.), Handbook of educational 

Departemen Pembangunan Internasional (DFID). 2003. Kontribusi untuk mengurangi kemiskinan. Jakarta

Departemen Pertanian dan DFID. Penerapan Pendekatan Partisipatif. Deptan. Jakarta.


Hyneman. Ch. S..1959. The Study Of Politics. University of Illinois Press. Urbanna, Illinois. USA.

Isjoni. 2009. “Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kolb, D.A. (1984): Experiential learning: experience as the source of learning and development. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Knowles, M. 1975. Self Directed Learning. Chicago : Follet Publishing Company

LGSP. 2005. Local Governance Assesment Tool. LGAT. Bandung. Indonesia

Mulyasa. E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.


Topping, K.J dkk. 2003. Cross Age Peer Tutoring In Mathematics With Seven And 11 Year-olds:Influence On Mathematical Vocabulary, Strategic Dialogue And Self-Concept (http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?hid=106&sid=ec 2e7a21-2184-4125-a2f9-fd35e0d518bf%40sessionmgr104&vid=1, diakses pada 20 Agustus 2013 pukul 10:15 WIB).

Jumat, 06 Juli 2012

TEKNOLOGI HASIL HEWANI


MENGAWETKAN TELOR DENGAN CHITOSAN

Oleh :  Wisnu Wardhono

Telur merupakan salah satu produk hewani yang digunakan sebagai bahan pangan sumber protein, lemak dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sejak dikeluarkan dari kloaka, telur mengalami penurunan mutu. Semakin  lama disimpan, penurunan  mutu  akan semakin  besar,  yang  akhimya dapat menyebabkan kerusakan  atau menjadi  busuk.  Penurunan mutu  ini tidak  dapat dicegah, hanya dapat  diperiambat  kecepatannya dengan  berbagai periakuan, yang disebut pengawetan  telur segar.
 Penurunan  mutu  antara lain  turunnya  berat  telur  yang  disebabkan penguapan gas  seperti  uap  air,  karbondioksida, amoniak, nitrogen  dan  HIS. Karena  penguapan  tersebut  juga akan  menyebabkan  tejadinya  pembesaran kantung udara. Juga menyebabkan perubahan  kimiawi  isi  telur akibat terlepasnya gas CO2,  yang jika  tidak dilakukan penyimpanan yang baik akan mengakibatkan telur tidak dapat dikonsumsi, bahkan menjadi busuk.

BISNIS PERMEN LOLIPOP

BISNIS LOLLIPOP

Bisnis Permen Lolipop menggiurkan, dengan modal hanya satu pak, dengan harga 30.000,- atau harga satuan 1.500,- kemudian di jual 2.500,-..........lumayan kan!!!!!!!!!
Siapa berminat hubungi : Toko Trisha 022. 4245521

 BENTUK LOVE

 BENTUK BULAT