PENGARUH
ANGGOTA KELUARGA TERHADAP
KEGIATAN
BELAJAR ANAK
Abstraks
Keluarga
Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan
anak. Pentingnya pendidikan anak-anak dalam rumah tangga, yang
dilaksanakan oleh para orang tua sudah dapat kita ketahui bersama. Tanpa adanya pendidikan yang diberikan kepada
anak-anak dalam rumah tangga, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang secara
tidak sewajarnya. Karena tujuan pendidikan yang diberikan dalam rumah tangga,
adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci,
maka secara tidak langsung anak itu dapat dibentuk atau diarahkan sesuai dengan
keinginan orang tuanya sendiri. Peran orang tua dan anggota
keluarga lainnya sangat diperlukan untuk membuat suasana rumah tangga menjadi
damai dan tenang. Sehingga suasana ini akan memberikan dorongan, memperbesar,
dan mempertinggi semangat belajar anak. Dan mampu pula untuk selalu
menghidupakan kegairahan belajar, serta bersedia dan mampu berhadapan dengan berbagai bentuk
rintangan-rintangan yang kemungkinan akan dihadapinya dalam situasi belajar. Kasih
sayang orang tua dan anggota keluarga lainnya akan memberikan pengaruh yang
positif dalam meingkatkan prestasi belajar dan kemampuan anak meningkatkan
kemampuan untuk belajar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas
perawatan dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak
kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan bermasyarakat
dimulai dalam lingkungan keluarga. Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang
sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu
iklim kebahagiaan, penuh kasih saying dan pengertian. Menurut Siti Partini ( 1977 : 11 ) Keluarga
adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak ( bila ada ) yang terikat
atau didahului dengan perkawinan.
Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil,
yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah
satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang
mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu :
Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah
Hasan 1990 : 39).
Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan
kualitas kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya
secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya manusia ( SDM ) yang demikian
sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni kualitas sumberdaya
manusia yang meliputi ; kreatifitas yang
kuat, produktifitas yang tinggi, kepribadian yang tangguh, kesadaran
sosial yang besar, keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ( Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 43 ).
Pendidikan di dalam keluarga merupakan
pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir, pengenalan diantara orang tua
dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaian.
Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan
keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam
kehidupan yang nyata dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan
diamati oleh anak baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi
anak yang akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya.
Pentingnya pendidikan anak-anak dalam rumah tangga, yang
dilaksanakan oleh para orang tua sudah dapat kita ketahui bersama. Tanpa adanya pendidikan yang diberikan kepada
anak-anak dalam rumah tangga, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang secara
tidak sewajarnya. Karena tujuan pendidikan yang diberikan dalam rumah tangga,
adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci,
maka secara tidak langsung anak itu dapat dibentuk atau diarahkan sesuai dengan
keinginan orang tuanya sendiri.
Dalam menentukan aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah
rumah tangga atau keluarga haruslah dipertimbangkan berbagai macam aspek yang
dapat menjamin adanya kedamaian dan kerukunanan dalam rumah tangga. Dimana
ketentuan-ketentuan itu haruslah sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anggota keluarga yang bersangkutan. Dengan demikian mereka akan dapat
mengikutinya dengan kesadaran. Sehingga
tidak ada diantara anggota keluarga yang merasa haknya diperkosa oleh orang
tuanya sendiri sebagai pemegang otoritas yang utama.
Selain Orang tua,
semua anggota rumah tangga turut mempengatuhi perkembangan dan kegiatan
belajar seorang anak. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya keikutsertaan
orang-orang yang ada di sekitar keluarga untuk turut memberikan dorongan kepada
keaktifan belajar seorang anak, agar kegiatan atau minat anak untuk
mempertinggi prestasi belajar meningkat.
Setiap anggota keluarga hendaknya turut mendorong anak
untuk lebih giat belajar, karena hanya pihak kelurgalah yang besar peranannya
dalam membina dan membentuk kepribadian seorang anak. Walaupun sebenarnya anak sering berhubungan
dengan orang-orang di luar rumah tangga namun pengaruh yang ditanamkan oleh
anggota keluarga hendaknya memberikan
dampak positif dalam perkembangan dan
peningkatan kegiatan belajar.
Maka, keluarga yang baik di dalamnya
akan terjadi interaksi diantara para anggotanya. Sebagaimana dikemukakan oleh
St. Vembriarto ( 1978 : 35 ) : Bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar
yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu memohon, menahan, mengubah
impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan
masyarakat.
Komunikasi, istilah ini berasal dari
bahasa Inggris yaitu Communication, yang berarti “memberitahukan”,
berpartisipasi, kabar”. ( Poerwadarminto WJS dkk, 1980 : 28 ). Sedangkan
Menurut A.G. Lunandi Komunikasi adalah
suatu kegiatan terus menerus yang dilakukan orang untuk saling berhubungan
dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan muka. ( Komunikasi orang tua
dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan keduanya, hal ini
dapat dilihat dengan nyata, misalnya : membimbing, membantu mengarahkan,
menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya.
Orang tua yang kurang bisa
berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan atau konflik
hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya,
maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan
yang membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis
semakin sehat, semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi
sepenuhnya.
B.
KAJIAN TEORI DAN FAKTA
Adanya kasih sayang orang tua atau anggota keluarga lain
kepada anak, akan turut mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak akan mudah menuruti perintah seseorang
yang dianggapnya menaruh kasih sayang kepadanya. Maka tidaklah heran bila seorang anak yang
merasa tidak memperoleh kasih sayang dalam rumah tangga selalu berusaha untuk
lari dari rumahnya sendiri. Ia akan
mencoba dan berusaha meregangkan hubungannya dengan orang tuanya sendiri. Ia akan berusaha untuk mendekati orang-orang
yang dapat memberikan kasih sayang padanya.
Dalam peningkatan belajar anak perlu adanya kasih sayang
orang tua atau anggota keluarga, sehingga anak akan terangsang atau merasa
terpanggil jiwanya untuk belajar dan sekaligus mempertinggi mutu
belajarnya. Sebab dengan adanya kasih
sayang yang ditunjukkan kepadanya, akan memberikan ketenangan dan kegembiraan
ketika belajar.
Semakin banyak anak merasakan kasih sayang orang tuanya,
maka tindakan-tindakan orang tua yang pernah melukai hatinya akan mudah dihilangkan/dilupakannya. Dengan sendirinya tidak lagi memberikan
pengaruh yang buruk kepada kegiatan belajarnya.
1.
Bimbingan Belajar dari Orang Tua
Orang tua adalah orang yang mengukir
jiwa raga atau melahirkan anaknya dan sanggup mendidik, memelihara, menjaga,
merawatnya, dan membimbingnya. Bimbingan yang telah diberikan orang tua itu
sejak lahir sampai dewasa, walaupun kadang-kadang orang tua dikecewakan
perbuatan anaknyadi masa lalu. Hal ini dilakukan oleh orang tua dengan ikhlas,
karena anak merupakan penerus cita-cita dan eksistensi orang tua dimasa yang akan
datang. Sehingga kasih sayang yang penuh akan diberikan kepada anak itu hanya
dari orang tua. Kasih sayang adalah bagian yang paling penting, dan cinta orang
tua. (Benyamin Spock, 1991 : 21).
Pendidikan dan bimbingan orang tua itu
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari berupa : (1). Kasih sayang. (2).
Perhatian. (3). Kesadaran. (4). Penerimaan. (5). Pengertian. (6). Tanggung
jawab. (7). Perlindungan , dan (8). Pemberian tugas. Anak-anak sebelum dapat
bertanggung jawab sendiri masih sangat menggantungkan diri , masih meminta isi,
bekal, cara bertindak, berfikir terhadap sesuatu dari orang tua (Agus Sujanto,
Halem Lubis, Taufik Hadi, 2001 : 9), Dari pendapat yang lain juga dikemukakan ;
Faktor utama yang mempengaruhi kemajuan anak adalah tingkat perhatian orang tua
(Tampubolon, 1991 : 46). Apa yang dilakukan orang tua demi anaknya itu sampai
minta tolong kepada yang lain, jika orang tua tidak mampu melaksanakan tanggung
jawabnya. Dalam hal ini orang tua tanpa direncanakan dan disadari telah melakukan
bimbingan alih tangan kasus yakni minta tolong ke dokter jika anaknya sakit, ke
sekolah formal dalam hal belajar dan seterusnya. Asah alih tanpa dilakukan
ajika konselor / pembimbing sudah menerahkan segenap kemampuannya untuk
membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat mebantu sebagaimana
yang diharapkan, maka dapat dialihkan kepada petugas atau badan yang lebih ahli
(Priyatno, Erman Anti, 1999 : 119).
Dalam memperhatikan perkembangan anak,
orang tua memasukkan pendidikan formal yang sebelumnya telah dididik dan
dibimbing sejak kecil. Dari cara mengungkapkan bahasa, berhitung, maupun
membaca, dan menulis. Bercerita kepada anak memainkan peranpenting bukan saja
dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca, tetapi juga dalam mengembangkan
bahasa dan pikiran anak (Tampubolon, 1991 : 50). Pada masa sekolah ini, orang
tua sudah tidak mampu memberikan pelayanan terhadap fungsi-fungsi perkembangan
anak secara menyeluruh, terutama fungsi pengembangan intelektualnya. Oleh
karena itu anak membutuhkan suatu lingkungan sosial baru yang lebih luas berupa
sekolahan, untuk mengembangkan semua potensinya. Di lingkungan sekolah, anak
mulai belajar hidup di bawah peraturan-peraturan sekolah, disiplin belajar,
disiplin kerja, dan bermacam-macam tuntutan lain yang ketat dan edukatip. Untuk
mendapatkan prestasi yang maksimal, peran dan sikap orang tua dalam mendampingi
di saat anak belajar sangat dibutuhkan, terutama dalam hal tanggung belajar.
Sikap orang tua yang menunjang ini, misalnya : (1). Membolehkan anak mengambil
keputusan sendiri, (2). Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk
mengungkapkannya, (3). Menunjang dan mendorong kegiatan anak, (4). Menikmati
kebersamaan dengan anak, (5). Menghargai apa yang dilakukan dan dihasilkannya,
(6). Memberikan pujian, (7). Menjalin kerjasama, (8). Memberi waktu kepada anak
untuk berpikir, merenung, dan berkhayal (Maria Etty, 2003 : 61). Menurut Totok
Santoso (1988 : 27) bimbingan belajar yaitu proses pertolongan dari pembimbing
kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan
masalah belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah agar peserta bimbing
dapat menyesuaikan diri dari situasi belajarnya, dapat mengembangkan
ketrampilan belajarnya dan membentuk kebiasaan-kebiasaan belajar dengan
sistematik dan konsisten atau ajeg dan dapat mencapai preastasi semaksimal
mungkin sesuai potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Berdasarkan kajian
teori sebagaimana tersebut di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
bimbingan belajar dari orang tua itu diberikan sehari-hari melekat dengan
kebersamaan kehidupannya berupa aspek : (1). Kasih sayang, (2). Perhatian, (3).
Kesadaran, (4). Penerimaan, (5). Pengertian, (6). Tanggung jawab, (7). Perlindungan,
(8). Pemberian tugas, (9). Pertolongan. Untuk memecahkan kesulitan atau
hambatan belajar sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya,
dapat mengembangkan ketrampilan belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar yang
ajeg dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai potensi yang di
milikinya.
- MENUMBUHKAN BELAJAR ANAK
Kehidupan ini mempunyai irama dan
kaualitas, yaitu adanya hubungan sebab akibat, dari setiap perbuatan dan aksi
manusia. Jadi ketidak berhasilan anak dalam peningkatan mutu belajarnya,
bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri, tetapi ada faktor-faktor lain yang
menjadi penyebabnya. Sehingga dengan demikian anak menyadari, akan
kelemahan-kelemahan dirinya, dan kelemahan-kelemahan itulah yang perlu
diperkuat dengan adanya bantuan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Untuk selanjutnya anak akan belajar dengan
baik dengan lebih giat dan lebih bersemangat lagi. Dan dapatlah diharapkan
bahwa prestasi belajarnya yang sebelumnya tidak menggembirakan akan dapat
berubah menjadi yang menggembirakan.
Orang tua sebagai ujung tombak
kemampuan anak harus dapat menumbuhkan dalam jiwa anak keyakinan akan kemampuan
diri sendiri. Semangat belajar anak harus didorong dikembangkan sehingga anak
menyadari bahwa dengan usahanya sendiri ia perlu untuk membina dan meningkatkan
sendiri prestasi belajarnya.
Belajar merupakan proses aktif dimana
terjadi hubungan yang saling mempengaruhi secara dinamis. Sehingga orang tua
harus proaktif untuk membina, mendorong dan memberi pengaruh yang positif dalam
memotivasi anak untuk meningkat mutu belajarnya.
Dengan adanya kesadaran pada anak
bahwa ia belajar untuk tujuan yang murni, maka anak tidak akan berlalai-lalai
dalam belajar. Dan merasa rugi bila ada pelajaran yang lolos dari ingatannya.
Dengan adanya pengatahuan anak akan tujuan belajarnya, maka ia tidak akan
merasa terpaksa belajar.
Kecaman-kecaman yang melemahkan semangat anak sama sekali tidak membantu, gambaran-gambaran
yang menakutkan akan masa depan anak sebagai realisasi dari rintangan dan
kesulitan yang kini dihadapinya tidak perlu dijelaskan. Yang diperlukan oleh anak adalah dorongan untuk
memperkuat semangatnya dan keberaniannya untuk berhadapan dengan keadaan yang
bagaimapun juga, sehingga kelak disuatu saat berhadapan dengan rintangan,
tantangan dan hambatan anak tidak akan merasa asing
Sifat kritis pada anak disebabkan oleh keingintahuan anak
secara lebih luas dan lebih terperinci mengenai suatu masalah. Oleh sebab itu peran orang tua untuk lebih
bijaksana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Sehingga anak merasa puas.
b.
SUASANA RUMAH TANGGA
Suasana yang tenang dan damai dalam
rumah tangga adalah harapan kita.
Suasana ini memberikan dorongan kepada anak untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Orang tua haruslah berusaha
untuk menjadikan suasana tersebut, sehingga dapat dijadikan suatu tempat yang
aman bagi anak untuk belajar. Suasana ini pula akan memberikan kegembiraan
dalam belajar sehingga menunjang perhatian dan minat anak. Segala hal-hal yang
akan dapat mengalihkan perhatian dan minat anak hendaklah dihindarkan supaya
dengan demikian pikiran dan konsentrasi anak tidak teralihkan.
Anak-anak yang gelisah dan resah,
tidak akan dapat untuk memusatkan perhatiannya kepada pelajaran. Dengan demikian maka pelajaran tidak akan
dapat diminati dan tidak akan pula meresap kedalam otaknya. Bagaimanapun juga jiwa seseorang akan selalu
mempengaruhi kehidupannya sendiri. Gerak
kehidupan dan aksinya dalam hidup ini akan dipengaruhi oleh keadan jiwanya pada
saat itu. Itulah sebabnya dalam keadaan tidak tenang seseorang tidak akan dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik, demikian sebaliknya..
Dari uraian di atas maka semakin
jelaslah bagi kita, betapa besarnya pengaruh suasana rumah tangga terhadap
kegiatan belajar anak. Apakah seorang anak dapat memusatkan perhatiannya
terhadap pelajaran atau tidak, semua itu ada hubungannya dengan suasan rumah
tangga, dimana anak itu hidup dan dibesarkan.
Suasana rumah tangga mempunyai
peranan yang besar dan aktif dalam pendidikan anak. Segala gerak kehidupan seorang anak mulai
dari cara berpakaian, berbicara, bertingkah laku, belajar sampai tingkat
berpikirnya semuanya dipengaruhi oleh keadaan rumah tangganya. Pengaruh pendidikan rumah tangga itulah yang
lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan pada anak yang kemudian berubah menjadi
suatu sifat hidup.
Faktor pendidikan orang tua dan rapat
renggangnya hubungan orang tua dengan anak akan turut mempengaruhi kecerdasan
seorang anak, Demikian pula program rumah
tangga yang mantap, yang benar-benar dipikirkan secara matang terlebih dahulu
akan turut memberikan sumbangan yang besar kepada perkembangan kecerdasan dan
kegiatan belajar anak
Bila anak hidup bersama orang-orang
yang aktif, cerdas dan bersifat maju, maka dengan sendirinya, baik secara sadar
maupun tidak, anak akan mengidentifikasikan dirinya sehingga anak akan
merasakan bahwa ia adalah bagian yang
tidak terpisahkan dengan sesama anggota keluarganya sendiri., dan anak tersebut
akan mengarah kearah tersebut.
C.
TINJAUAN/ULASAN
Setiap orang tua yang ingin supaya anak-anaknya
dapat mencapai prestasi yang baik, haruslah mengasihi anaknya dengan penuh
kasih sayang yang dibuktikan dengan perbuatan-perbuatan yang nyata. Dengan
demikian diharapkan akan memberikan kesadaran dan keinsafan kepada anak bahwa
kehadirannya ditengah-tengah keluarga atau rumah tangga bukan suatu kebetulan
yang tidak berencana, tetapi merupakan suatu objek bagi pernyataan kasih sayang
orang tuanya dan orang lain yang ada dalam keluarga.
Apapun yang dilakukan orangtua
kepada anak-anaknya akan dianggap anak
sebagai suatu kewibawaan orang tuanya sendiri, bila perlakuan orang tuanya
dapat mendidik anak kearah tercapainya prestasi belajar yang lebih baik dan
lebih menggembirakan anak itu sendiri. Terkadang tindakan orang tua akan dapat
menimbulkan lahirnya kebencian anak kepada orang tuanya, karena dianggapnya
perlakuan terhapat dirinya tidak adil.
Walaupun demikian, ketika pandangan anak yang seperti itu akan berubah
kepada sifat yang simpati bila orang tua berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidup sang anak. Terutama yang
berhubungan dengan kepentingan pendidikannya, serta peningkatan mutu prestasi
belajarnya. Hal ini akan dianggap oleh anak sebagai bukti kasih sayang orang
tuanya pada dirinya.
Pendidikan atau perlakuan orang tua
yang diterima serta dirasakan oleh anak dalam keluarga atau rumah tangga akan
meninggalkan bekas yang lama dan mendalam dalam jiwa sang anak. Hal ini mencerminkan betapa besarnya pengaruh
pendidikan keluarga kepada kepribadian seorang anak dalam hidup dan
kehidupannya. Bila sejak dalam rumah
tangga orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, maka dengan sendirinya kelak akan memdorong dirinya
sendiri selau meningkatkan prestasinya.
Supaya anak lebih bergairah
meningkatkan prestasi belajarnya, diperlukan usaha orang tuanya untuk
menciptakan suasana rumah tangga yang damai.
Sehingga pikiran anak serta perhatiannya selalu terarah kepada kegiatan
belajar.
D.
KESIMPULAN
Peran orang tua dan anggota keluarga
lainnya sangat diperlukan untuk membuat suasana rumah tangga menjadi damai dan
tenang. Sehingga suasana ini akan memberikan dorongan, memperbesar, dan
mempertinggi semangat belajar anak. Dan mampu pula untuk selalu menghidupakan
kegairahan belajar, serta bersedia dan mampu berhadapan dengan berbagai bentuk rintangan-rintangan
yang kemungkinan akan dihadapinya dalam situasi belajar.
Kasih sayang orang tua dan anggota
keluarga lainnya akan memberikan pengaruh yang positif dalam meingkatkan
prestasi belajar dan kemampuan anak meningkatkan kemampuan untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa Singgih, D. 1975. Psycologi Perkembangan. PT.
Gunung Mulia. Jakarta
Leibo, Yef. 1981. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam
Rumah Tangga. Pusara II. Jakarta.
Ross Helen,1961. Rasa Takut Pada Anak-anak., .
(Terjemahan suyana), Jayasakti. Jakarta.
Soerjono Soekanto. 1985. Anak dan Pola
Perikelakuannya. PT. Kanasius. Jogyakarta
Soedarmo, Poerwo, 1962, Si Remaja ditengah Keluarga.,
Jambatan Jakarta.
Thamrin Nasution dan Nurhadidjah Nasition. 1986 Peranan Orang Tua Dalam
Peningkatan Prestasi Belajar anak. PT. Kanasius .
Jogyakarta.
Perguin Cs. 1998.
Pendidikan Keluarga dan masalah Kewibawaan., Astana, Buku Abede.
Semarang.
Wauran, MH. 1977. Pendidikan Anak Sebelum Sekolah.
Pubhlising House. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar