PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
Abstraks
Oleh : Wisnu
Wardhono
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan
sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan
penilaian program. Dalam pendekatan partisipatif prinsip kesetaran dan
kemitraan menjadi lebih penting. Karena kita
menganggap bahwa setiap informasi yang dikeluarksn
oleh partisipan dianggap penting. Sehingga diharapkan sekecil apapun informasi
yang disampaikan oleh partisipan menjadi pelengkap, perbaikan konsep yang telah
disepakati bersama. Pendekatan partisipatif harus mengikuti prisip-prinsip :
Kesetaraan dan kemitraan, transparansi, kesetaraan kewenangan, keseteraan
tanggung jawab,pemberdayaan, dan kerjasama.
Peran aktif dari seluruh peserta sangat diperlukan sehingga belajar dan
berfikir bersama dalam proses sinergi termasuk di dalamnya berbagi pengalaman
untuk mendapatkan generalisasi dan belajar dari pengalaman yang ada. Kunci monitoring dan evaluasi secara
partisipatif, masyarakat haruslah
berperan aktif bukan sekedar sumber informasi,
pihak terkait mengevaluasi, pihak luar memfasilitasi. Difokuskan pada
pengembangan kemampuan pihak terkait dalam analisis dan pemecahan masalah.
Proses membangun komitmen dalam pelaksanaan berbagi masukan (rekomendasi)
perbaikan sebagai tindak lanjut.
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan
umat manusia. Karena secara factual pendidikan menjadi titik pijak yang utuh dalam
rangka membangun kehidupan yang berperadaban, baik kehidupan yang
bersifat pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Demikian pula,
pendidikan telah menjadi idealisasi setiap insan sebagai acuan untuk
memberikan ukuran konkret tentang maju dan tidaknya sebuah
peradaban.
Dalam
pembelajaran itu sendiri terkandung upaya pemenuhan material dan spritual oleh manusia
agar ia bisa tumbuh
sebagai manusia normal dan sehat. Asumsi tersebut
memberikan ilustrasi sangat jelas tentang fungsi mendasar dan
universal pendidikan dalam membentuk jati diri yang utuh dengan
berpangkal pada satu komitmen pengembangan bukan hanya pengembangan
intelektualitas tetapi juga ritualitas dan secara sederhana, kemudian dapat
disimpulkan bahwa proses-proses yang dilakukan dalam pendidikan itu pada hakikatnya mengacu pada satu arah bagaimana semangat kreatifitas-produktifitas sikap maupun perilaku dapat
melahirkan out come dan out put yang jelas pada akhirnya.
Dengan demikian, pendidikan harus mampu
menjadi jembatan aktif untuk memberikan lompatan-lompatan kesadaran secara bertahap yang oleh
Paulo Friere diistilahkan dengan lompatan kesadaran naïf (Naival Consciousness), kesadaran magis
(Magical Consciousness) dan kesadaran kritis (Critical Consciousness). Dari kesadaran untuk
bebas yang pada gilirannya akan membangkitkan semangat baru untuk menempatkan kembali hakikat kemanusiaan
yang dalam tataran idealnya mempunyai naluri insaniyah untuk bebas.
Inilah yang oleh Freire disebut dengan
humanisasi (memanusiawikan manusia). Pendidikan secara substansial merupakan
upaya untuk menempatkan secara normal prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan
memposisikan kembali idealisasi kemanusiaan demi terbentuknya
paradaigma berpikir kemanusiaan yang bebas dan kritis. Kemudian, kalau humanisasi menjadi target ideal yang pada akhirnya harus
memunculkan akibat jelas terhadap posisi kemanusiaan, maka langkah
awal yang menjadi pertimbangan bersama akan kembali pada satu komitmen untuk
merekonstruksi arah pandang dan corak paradigma transformasi beku dan kaku dalam proses
pendidikan ke arah yang partisipatif-transformatif, karena guru bukan lagi dijadikan sebagai sosok entralteacher yang
dalam prakteknya notabene menyempitkan ruang gerak partisipasi perserta
didik.
Berdasarkan pengalaman program ini, pendekatan
yang dianut dalam proses pembelajaran adalah melalui pendekatan Pendidikan Orang
Dewasa (Adult
Education) atau Andragogi melalui daur belajar berdasarkan pengalaman
(Experential Learning Cycle) dan belajar sambil bekerja (Learning By Doing). Mengingat pada umumnya peserta pembelajaran
adalah orang dewasa yang telah mempunyai pengalamam dan mengalami sendiri
manis, pahit-asinnya perjalan hidup, baik dalam pekerjaan, pergaulan sosial
maupun kegiatan lainnya.
Melalui pendekatan
Androgogi tersebut menimbulkan implikasi metodologis peranan peserta dan
peranan pelatih dan manejemen kelas maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran yang selama ini sering diabaikan. Pada kegiatan Daur
belajar berdasarkan pengalaman (Experential Learning Cycle) peran
fasilitator ialah mencptakan suasana yang kondusif didalam memposes terjadinya
proses belajar, dengan berbagai metode dan teknik yang memungkinkan terjadinya
dinamika dalam proses belajar.
Pembelajaran partisipatif pada intinya
dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan
program dan penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah
keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar,
permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan
hambatan dalam pembelajaran. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program
kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim
yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk
kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara
peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang
terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.
Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran
adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran
maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran
mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.
II.
KAJIAN TEORI DAN FAKTA
Adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan berbagai
pihak terkait (Stakeholder) yang dimulai diproses penjajagan kebutuhan, permasalahan dan potensi,
sampai dengan penentuan dan pengambilan keputusan dalam perumusan tujuan yang
diharapkan serta langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pendekatan partisipatif ada beberapa jenis partisipatif dengan
karakteristik masing-masing, diantaranya adalah :
a.
Jenis partisipasi pasif, orang-orang berpartisipasi
setelah diberitahu apa yang sudah dan akan terjadi. Hal ini merupakan suatu penyampaian yang
sifatnya unilateral oleh sebuah manajemen administrai atau proyek tanpa
mendengar tanggapan orng lain. Informasi yang disampaikan hanya bersal dari
professional dari luar.
b.
Partisipasi dalam pemberian
informasi, orang berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti yang cermat dengan menggunakan cara penelitian kuesioner atau pendekatan serupa. Orang-orang
tidak tidak punya kesempatan untuk mempengaruhi cara kerja, dimana temuan-temun
dari peneliti tidak diumumkan atau diuji ketepannya.
c.
Partisipasi dengan cara
konsultasi, Jenis ini orang-orang diajak konsultaasi untuk mendefinisikan masalah
dan solusi dan tidak ada andil dalam pengambilan keputusan.
d.
Partisipasi Insentif Material,
partisipasi ini berpartisipasi dengan cara menyediakan tenaga kerja sebagai
pengganti insentif dan tidak terlibat dalam percobaan/ proses belajar.
e.
Partisipasi Fungsional, Orang
berpartisipasi dengan bentuk kelompok untuk mencapai sasaran yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Tidak terlibat
tahap awal, tetapi sesudah dibuat keputusan-keputusan penting.
f.
Partisipasi Interaktif, Orang berpartisipasi dalam analisa bersama
menuju rencana tindakan/pembentukan institusi local baru/ penguatan yang sudah
ada. Proses belajar secara sistematis/terstruktur
membuat keputusan lokal.
g.
Mobilisasi Pribadi, Orang
berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara independent untuk merubah sistem,
tidak terpengaruh oleh institusi luar untuk merubah sistem-sistem. Mereka memegang kendali atas bagaimana sumber
daya digunakan.
Dalam pendekatan partisipasi
diharapkan akan meningkatkan dan memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan program atau proyek berdasarkan aspirasi, prakarsa, potensi dan
permasalahan yang dihadapi. Juga meningkatkan efektifitas dan efesiensi karena
timbulnya rasa memiliki dari berbagai pihak yang semakin tinggi terhadap proses
untuk mencapai tujuan.
Peningkatan keberlanjutan (Sustainability) dan dampak
yang sustainable program . dan semakin banyak orang yang mempunyai komitmen dan
tanggung jawab untuk melanjutkan program setalah dukungan dari luar
berakhir. Transparansi dan tanggung
jawab semua pihak melalui pemberian informasi yang tepat dan benar serta
wewenang yang jelas untuk mengambil inisiatif dan keputusan.
A. PRINSIP – PRINSIP PENDEKATAN
PARTISIPATIF
Dalam pendekatan
partisipatif maka prinsip kesetaran dan kemitraan menjadi lebih penting. Karena kita menganggap bahwa
setiap
informasi yang dikeluarksn oleh partisipan dianggap penting. Sehingga diharapkan
sekecil apapun informasi yang disampaikan oleh partisipan menjadi pelengkap,
perbaikan konsep yang telah disepakati bersama. Masing-masing peserta tentu
mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga perlunya saling mengisi dalam semangat kesetaraan dan
kemitraan.
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang
bebas, seluruh proses pengambilan keputusan dapat disampaikan secara terbuka
dan dapat diakses oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dan informasi yang
tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
Kesetaraan wewenang (sharing power/equal powership),
semua peserta /partisipan mempunyai kesempatan sama dalam mengajukan konsep
atau ide. Memperbaiki, mempertahankan keputusan yang telah disepakati.
Partisipan juga mempunyai kesetaraan tanggung jawab, partisipan harus
bertanggung jawab atas apa yang telah diputuskan secara kolektif ini, serta
mempertahankan dan mengembangkannya.
Keputusan tersebut bersifat ke dalam atau keluar.
Pemberdayaan (Empowerment), potensi yang ada
diberdayakan dengan sebaik-baiknya, dengan mengedepankan semangat konsensus. Ide maupun usulan harus ditampung dan
disempurnakan sehingga hasil keputusan benar-benar suatu konsep yang memang
terbaik bagi semua pihak.
Dalam pendekatan partisipatif semangat kerjasama harus
dikedepankan, dengan semangat
kebersamaan. Untuk kita dari kita demi untuk kepentingan kita, sehingga segala
keputusan merupakan hasil pertimbangan, tanggapan, temuan, penyampaian dan
keputusan bersama.
B. Konsep Pembelajaran
Partisipatif
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan
sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan
penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan
peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan,
sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam
pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan
pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang
kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan
belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik
dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab,
terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar. Partisipasi
dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik
dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program
pembelajaran.
Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap
proses, hasil dan dampak pembelajaran.Prinsip-prisip utama kegiatan
pembelajaran partisipatif meliputi: 1) berdasarkan kebutuhan belajar 2)
berorientasi pada tujuan kegiatan belajar, 3) berpusat pada warga belajar, 4)
belajar berdasarkan pengalaman, 5) kegiatan belajar dilakukan bersama oleh
warga belajar dengan sumber belajar dalam kelompok yang terorganisasi, 6)
kegiatan pembelajaran merupakan proses kegiatan saling membelajarkan, 7)
kegiatan pembelajaran diarahkan pada tujuan belajar yang hasilnya dapat
langsung dimanfaatkan oleh warga belajar, 8) kegiatan pembelajaran menitik
beratkan pada sumber-sumber pembelajaran yang tersedia dalam masyarakat dan 9)
kegiatan pembelajaran amat memperhatikan potensi-potensi manusiawi warga
belajar. Selain itu, pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan pembelajaran
juga memperhatikan prinsip proses stimulus dan respons yang di dalamnya
mengandung unsur-unsur kesiapan belajar, latihan, dan munculnya pengaruh pada
terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan belajar lebih
memperhatikan kegiatan-kegiatan individual dan mengutamakan kemampuan pendidik,
menekankan pentingnya pengalaman dan pemecahan masalah, dan memfokuskan pada
manfaat belajar bagi peserta didik. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan
indikator pembelajaran partisipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional
dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan
kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal
yang menguntungkan peserta didik.
C. DAMPAK/MANFAAT PENDEKATAN PARTISIPASI
Dampak/manfaat pendekatan partisipatif terutama adalah
dalam hal perencanaan dan pelaksanaan program atau proyek akan lebih sesuai
dengan kondisi nyata (Sosioekonomi, budaya, wacana, latar belakang masyarakat)
serta kebutuhan/masalah yang dihadapi oleh pihak yang terlibat di dalamnya,
serta sumberdaya yang tersedia, sehingga pelaksanaan kegiatan lebih bersifat
terdesentralisasi dan unik untuk setiap lokasi.
Menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab dari
berbagai pihak yang terlibat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan program
sehingga hasil kegiatan atau program lebih berkelanjutan dan langgeng. Pemberdayaan semua pihak yang terlibat karena adanya keterlibatan
aktif dalam proses khusus terutama dalam hal pengambilan keputusan dan tanggung
jawab yang dipikulnya. Pelaksanaan kegiatan lebih obyektif dan fleksibel sesuai
dengan kondisi nyata yang dihadapi berdasarkan sudut pandang yang berbeda.
Timbulnya transparansi karena adanya kebutuhan informasi
dan kewenangan dalam pengambilan keputusan yang tepat dan cepat.serta
pelaksanaan kegiatan atau program lebih
terfokus dan berorientasi kepada permasalahan masyarakat.
III.
TINJAUAN/ULASAN
Membangun dan mengembangkan pendekatan parsisipatif dan
budaya partisipatif serta menerapkannya dalam pelaksanaannya bukanlah suiatu
pekerjaan yang mudah. Banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi. Banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari
aspek kebijakan, kelembagaan, sumberdaya manusia dan metodologi pendekatan
partisipatif itu sendiri. Untuk itu
perlu upaya untuk mengidentifikasi kendala-kendala tersebut serta mencari
alternative jalan keluar yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan pendekatan partisipatif haruslah
mengikuti prinsip harus berdasarkan
kebutuhan masyarakat, keterlibatan semua pihak terkait, dan pengambilan keputusan
atas kesepakan dengan asumsi keputusan adalah yang tebaik. menurut kepentingan
bersama.
Pendekatan partisipatif mempunyai tujuan peningkatan
kemampuan (Pemberdayaan) semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam pelaksanaan program atau kegiatan, melalui keterlibatan dalam
proses pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
IV.
KESIMPULAN
Pendekatan partisipatif harus mengikuti prisip-prinsip :
Kesetaraan dan kemitraan, transparansi, kesetaraan kewenangan, keseteraan
tanggung jawab,pemberdayaan, dan kerjasama.
Peran aktif dari seluruh peserta sangat diperlukan sehingga belajar dan
berfikir bersama dalam proses sinergi termasuk di dalamnya berbagi pengalaman
untuk mendapatkan generalisasi dan belajar dari pengalaman yang ada.
Kunci monitoring dan evaluasi secara partisipatif, masyarakat haruslah berperan aktif bukan
sekedar sumber informasi, pihak terkait
mengevaluasi, pihak luar memfasilitasi. Difokuskan pada pengembangan kemampuan pihak
terkait dalam analisis dan pemecahan masalah. Proses membangun komitmen dalam
pelaksanaan berbagi masukan (rekomendasi) perbaikan sebagai tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pembangunan Internasional (DFID). 2003. Kontribusi
untuk mengurangi kemiskinan. Jakarta
Departemen Pertanian dan DFID. Penerapan Pendekatan Partisipatif.
Deptan. Jakarta.
Hyneman. Ch. S..1959. The Study Of Politics.
University of Illinois Press. Urbanna, Illinois. USA.
LGSP. 2005. Local Governance Assesment Tool. LGAT.
Bandung. Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar